Harga Emas dunia bertahan di kisaran tinggi pada hari Kamis (01/8), berada di sekitar $3.288 per ons di sesi Eropa, setelah mencatat kenaikan 0,5% di sesi sebelumnya. Namun, secara mingguan, logam mulia ini masih mencatat penurunan sekitar 1,4%. Investor saat ini tengah menimbang dampak dari serangkaian Tarif baru yang diumumkan Presiden AS Donald Trump, yang akan mulai berlaku pekan depan dengan besaran antara 10% hingga 41%.
Menurut Bloomberg Economics, kebijakan baru ini akan mendorong rata-rata Tarif AS naik menjadi 15,2%, dari sebelumnya 13,3%. Ini jauh lebih tinggi dibandingkan level 2,3% pada tahun 2024, sebelum Trump kembali menjabat. Ketidakpastian dari kebijakan perdagangan ini turut meningkatkan permintaan akan aset safe haven seperti Emas, terutama di tengah prospek penurunan suku bunga yang belum pasti dan meningkatnya risiko geopolitik.
Meskipun sempat mencetak rekor tertinggi di atas $3.500 per ons pada bulan April, Emas telah diperdagangkan dalam rentang yang relatif sempit dalam beberapa bulan terakhir. Hal ini disebabkan oleh mulai terbiasanya Pasar terhadap dinamika kebijakan Tarif dan kekuatan Dolar AS. Dolar sendiri menutup bulan Juli sebagai bulan terkuatnya sepanjang tahun 2025, memberi tekanan tambahan terhadap harga Emas yang dihargai dalam mata uang tersebut.
Selain isu Tarif, perhatian investor juga tertuju pada data ketenagakerjaan AS yang akan dirilis hari Jumat. Laporan tersebut diperkirakan akan menunjukkan pelambatan pertumbuhan lapangan kerja serta peningkatan tingkat pengangguran, yang bisa mempengaruhi ekspektasi terhadap kebijakan moneter The Fed. Sementara itu, harga Perak turun lebih dari 4% dalam sepekan, dan logam lainnya seperti platinum serta paladium juga turut melemah.(ayu)
Sumber: newsmaker.id
Emas Stabil, Tapi Belum Bebas dari Tekanan
