Perekonomian Inggris merosot lebih besar dari perkiraan pada bulan Oktober karena tingginya biaya pinjaman berdampak buruk, sehingga menyebabkan stagnasi pada kuartal berikutnya yang diperkirakan akan berlanjut hingga tahun 2024.
Produk domestik bruto (PDB) turun 0,3%, penurunan pertamanya sejak Juli dan menyusul kenaikan 0,2% pada bulan September, menurut laporan dari Kantor Statistik Nasional pada hari Rabu (13/12). Para ekonom memperkirakan penurunan sebesar 0,1%.
Angka-angka tersebut menambah kekhawatiran bahwa Inggris terjebak dalam stagnasi jangka panjang. Dengan dampak penuh dari kenaikan suku bunga Bank of England (BOE) yang belum terasa, perekonomian diperkirakan akan memperoleh sedikit keuntungan pada kuartal keempat, dan beberapa pihak bahkan memperkirakan akan dimulainya resesi yang dangkal.
BOE memperkirakan hampir tidak ada pertumbuhan sama sekali tahun depan, sementara Kantor Tanggung Jawab Anggaran sedikit lebih optimis dengan perkiraan sebesar 0,7%. Bloomberg Economics memperkirakan perekonomian sudah berada dalam resesi yang akan berlangsung hingga pertengahan tahun depan.
Prospek yang lesu dan berkurangnya tekanan inflasi mendorong para pedagang untuk bertaruh bahwa BoE akan menurunkan suku bunga pada awal bulan Juni. Bank sentral diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan pada level tertinggi dalam 15 tahun sebesar 5,25% pada hari Kamis.
Hal ini juga menunjukkan bahwa pemerintahan Konservatif pimpinan Perdana Menteri Rishi Sunak menghadapi latar belakang ekonomi yang suram menjelang pemilihan umum yang diperkirakan akan diadakan tahun depan. Sunak telah menjadikan pertumbuhan ekonomi sebagai salah satu dari lima janji utamanya, sebuah komitmen yang bertumpu pada apakah PDB akan meningkat pada kuartal keempat.
Angka-angka tersebut merupakan indikasi terbaru bahwa perekonomian semakin merasakan dampak dari kenaikan suku bunga BoE sebanyak 14 kali berturut-turut dalam perjuangannya melawan inflasi.
Perekonomian berhasil menghindari kontraksi pada kuartal ketiga berkat kinerja perdagangan yang kuat. Permintaan dalam negeri menyusut, dan dampak dari suku bunga yang lebih tinggi akan semakin meningkat pada tahun depan ketika sekitar 1,4 juta rumah tangga bersiap untuk membiayai kembali hipotek mereka. (knc)
Sumber : Bloomberg