Harga minyak naik tipis pada hari Rabu, didorong oleh perkembangan di Timur Tengah dan ekspektasi permintaan yang lebih berhati-hati, sementara pasar juga menantikan pertemuan pemerintah China terkait kebijakan fiskal mereka.
Kenaikan Harga Minyak di Tengah Ketidakpastian Timur Tengah
Harga minyak Brent berjangka naik 45 sen, atau 0,6%, menjadi $77,63 per barel pada pukul 07.03 GMT. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS juga mengalami kenaikan 33 sen menjadi $73,90 per barel.
Meskipun harga minyak sempat anjlok lebih dari 4% pada sesi sebelumnya akibat kemungkinan gencatan senjata antara Hezbollah dan Israel, pasar tetap waspada terhadap potensi serangan Israel terhadap infrastruktur minyak Iran. Situasi ini menciptakan ketidakpastian yang terus mempengaruhi harga minyak global.
Dinamika Timur Tengah Menjadi Fokus Utama
Menurut Priyanka Sachdeva, analis pasar senior dari Phillip Nova, ketidakpastian geopolitik di Timur Tengah terus mempengaruhi pasar. Dalam emailnya, Sachdeva menyatakan bahwa “dilema harian terkait Timur Tengah berayun seperti pendulum antara ‘pembicaraan gencatan senjata’ dan ‘eskalasi serangan lebih lanjut’, yang menyebabkan investor teralihkan dari realitas fundamental pasar minyak.”
Pasar minyak terus dipengaruhi oleh sentimen yang berputar antara ketidakpastian berita dan ekspektasi, sementara faktor fundamental seperti pasokan dan permintaan cenderung diabaikan. Ini menunjukkan betapa sensitifnya harga minyak terhadap berita geopolitik, terutama yang berasal dari kawasan Timur Tengah.
Faktor Pendukung Kenaikan Harga Minyak
Pengaruh Serangan Rudal Iran Terhadap Pasar
Sebelumnya, pada tanggal 1 Oktober, Iran meluncurkan serangan rudal terhadap Israel, yang menyebabkan kenaikan harga minyak sebesar 8% dalam seminggu pada hari Jumat, mencatatkan kenaikan terbesar dalam lebih dari satu tahun. Rally ini terjadi meskipun ada ketidakpastian mengenai dampak jangka panjang dari konflik tersebut terhadap pasar minyak global.
Peran Hezbollah dan Gencatan Senjata di Lebanon
Hezbollah, kelompok militan yang berbasis di Lebanon, pada hari Selasa memberikan sinyal bahwa mereka mungkin akan mundur dari perjanjian gencatan senjata di Gaza sebagai syarat untuk menghentikan permusuhan di Lebanon. Pernyataan ini semakin memperburuk ketidakpastian geopolitik, yang memicu kenaikan harga minyak.
Naim Qassem, wakil pemimpin Hezbollah, dalam pidato yang disiarkan televisi menyatakan dukungannya terhadap upaya untuk mengamankan gencatan senjata, namun untuk pertama kalinya, penghentian perang di Gaza tidak disebut sebagai prasyarat.
Pengaruh Kebijakan Fiskal China Terhadap Permintaan Minyak
Selain ketegangan geopolitik, harga minyak juga didukung oleh harapan akan stimulus fiskal dari pemerintah China. Kementerian Keuangan China akan merinci rencana-rencana stimulus fiskal pada konferensi pers yang sangat dinantikan pada hari Sabtu, seperti yang diumumkan oleh kantor informasi utama pemerintah pada hari Rabu.
Kekecewaan Terhadap Kurangnya Stimulus dari Beijing
Pasar telah menunggu kabar lebih lanjut tentang dukungan fiskal dari Beijing untuk membantu memacu ekonomi China yang lesu, yang pada gilirannya dapat merangsang permintaan minyak. Namun, konferensi pers yang diadakan oleh perencana negara pada hari Selasa mengecewakan investor karena tidak menawarkan stimulus besar untuk menghidupkan kembali pertumbuhan ekonomi.
Outlook Permintaan dan Penawaran Minyak
Data Stok Minyak Mentah AS
Di sisi permintaan, data menunjukkan bahwa stok minyak mentah AS naik hampir 11 juta barel minggu lalu, jauh lebih tinggi dari yang diharapkan oleh para analis yang disurvei oleh Reuters. Namun, stok bahan bakar mengalami penurunan, menandakan adanya penurunan permintaan bahan bakar.
Revisi Proyeksi Permintaan Global
Permintaan yang lemah terus membayangi prospek fundamental pasar minyak. Administrasi Informasi Energi AS (EIA) pada hari Selasa menurunkan proyeksi pertumbuhan permintaan minyak global untuk tahun 2024 sebesar 20.000 barel per hari (bpd), menjadi 103,1 juta bpd. Penurunan ini disebabkan oleh melemahnya produksi industri dan pertumbuhan manufaktur di AS dan China.
Prediksi Pergerakan Harga di Masa Mendatang
Kelvin Wong, analis pasar senior dari OANDA, memprediksi bahwa dalam jangka pendek, pasar minyak akan bergerak dalam pola perdagangan sideways. Menurutnya, WTI akan berada dalam kisaran harga antara $73,15 hingga $78,30 per barel, sembari menunggu pengumuman terkait stimulus fiskal baru dari China serta perkembangan di Timur Tengah.
Kesimpulan
Pasar minyak saat ini berada di persimpangan antara ketidakpastian geopolitik dan ekspektasi kebijakan ekonomi global, terutama dari China. Meskipun harga minyak naik, investor tetap berhati-hati menghadapi potensi eskalasi lebih lanjut di Timur Tengah dan kelemahan permintaan global.