Minyak mentah mengalami rebound setelah penurunan hampir 8% minggu lalu, karena para pedagang memantau ketegangan di Timur Tengah yang berpotensi mengganggu pasokan. Selain itu, China juga meningkatkan langkah-langkah untuk mendukung ekonominya, yang merupakan importir minyak terbesar dunia.
Harga Minyak Dunia Meningkat
Harga acuan global, Brent, naik di atas $73 per barel, sementara West Texas Intermediate (WTI) berada di dekat $70 per barel. Ketegangan di Timur Tengah, termasuk ledakan drone Hezbollah di dekat kediaman pribadi Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, memicu peningkatan ini. Israel juga melancarkan serangan militer baru terhadap markas Hezbollah di Lebanon, serta berjanji akan membalas serangan rudal Iran yang terjadi pada awal Oktober.
Kebijakan Ekonomi China Mendorong Pasar
Di Asia, China mengambil langkah penting dengan menurunkan suku bunga pinjaman acuan pada hari Senin setelah bank sentral menurunkan suku bunga pada akhir September. Langkah ini merupakan bagian dari serangkaian upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. CEO Saudi Aramco, Amin H. Nasser, juga menyatakan optimisme terhadap konsumsi minyak di negara tersebut saat berbicara di Singapura.
Volatilitas Pasar Minyak
Harga minyak mengalami volatilitas dalam beberapa minggu terakhir, terutama karena risiko pasokan dari Timur Tengah dan tanda-tanda permintaan yang lemah dari China. Sementara itu, International Energy Agency (IEA) memproyeksikan bahwa peningkatan pasokan global dapat menyebabkan surplus pada tahun depan. OPEC+ juga akan mengembalikan kapasitas yang sempat dihentikan secara bertahap mulai Desember.
Fatih Birol, kepala IEA, mengatakan bahwa jika tidak ada eskalasi besar di Timur Tengah, harga minyak kemungkinan akan terus tertekan karena pasar memasuki periode yang lebih nyaman dari sisi pasokan. Dia juga mencatat bahwa pertumbuhan produksi minyak di Amerika sangat cepat.
“Jika kita tidak melihat eskalasi besar di Timur Tengah, saya masih memperkirakan harga minyak akan berada di bawah tekanan lebih lanjut karena kita memasuki periode yang lebih nyaman, termasuk tahun depan,” – Fatih Birol, IEA._
Ketegangan Israel-Iran
Di Israel, Perdana Menteri Netanyahu telah berjanji untuk membalas serangan rudal Iran di awal Oktober. Netanyahu mengadakan pertemuan dengan para penasihat seniornya untuk membahas langkah-langkah selanjutnya dalam menghadapi Iran. Meskipun demikian, Presiden AS Joe Biden menyatakan bahwa dia mengetahui rencana Israel, namun menolak mengungkapkan detailnya, dengan alasan bahwa menyerang infrastruktur energi mungkin bukan pilihan terbaik.
Pergerakan Pasar Minyak
Vandana Hari, pendiri Vanda Insights, menyatakan bahwa pasar tampaknya telah mengabaikan kemungkinan serangan Israel terhadap Iran sebelum pemilihan presiden AS pada 5 November. Menurutnya, perdagangan minyak kemungkinan akan tetap berada dalam kisaran terbatas.
Tren Harga Brent
Meskipun ketegangan di Timur Tengah masih tinggi, indikator fisik menunjukkan bahwa kondisi pasar minyak semakin longgar. Spread tiga bulan minyak Brent telah menyempit menjadi 90 sen per barel dari $1,61 sebulan yang lalu. Harga Brent untuk pengiriman Desember naik 0,4% menjadi $73,32 per barel, sementara WTI untuk pengiriman November naik 0,5% menjadi $69,53 per barel.