Harga Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) ditutup lebih tinggi pada hari Jumat (13/12), bangkit dari kerugian hari sebelumnya, di akhir minggu yang didominasi oleh ekspektasi bahwa pasokan yang meningkat siap melampaui permintaan dan sanksi baru terhadap ekspor Rusia.
Harga Minyak WTI untuk pengiriman Januari ditutup naik US$1,27 menjadi US$71,29 per barel, sementara harga Minyak Brent Februari terakhir terlihat naik US$1,12 menjadi US$74,53.
Baik Badan Informasi Energi maupun Badan Energi Internasional mengatakan minggu ini bahwa mereka memperkirakan produksi akan mulai meningkat di atas permintaan pada tahun 2025 karena produksi yang lebih tinggi dari Amerika Utara dan Selatan, bahkan saat OPEC+ terus membatasi produksi.
Ancaman kelebihan pasokan yang membayangi diimbangi oleh kekhawatiran geopolitik, karena kembalinya Donald Trump ke kursi kepresidenan AS menimbulkan kekhawatiran atas ancamannya untuk menerapkan Tarif menyeluruh pada impor yang dapat mengganggu perdagangan global. Kekerasan Timur Tengah yang terus berlanjut dan perang Rusia di Ukraina juga mendukung premi risiko. Pemerintahan Biden yang akan berakhir dan Uni Eropa menerapkan sanksi lebih lanjut terhadap ekspor Minyak Rusia karena mereka menargetkan ‘armada bayangan’ kapal tanker yang mengangkut Minyak negara itu, yang bertentangan dengan sanksi yang ada.
“Upaya terbaru untuk membatasi Rusia dan pembeli utama menimbulkan dua pertanyaan penting: dapatkah upaya tersebut ditegakkan secara efektif untuk secara signifikan mengurangi jumlah Minyak yang tersedia dan menyebabkan kekurangan pasokan, dan mengingat janji Donald Trump untuk mengakhiri perang Ukraina dalam “24 jam”, apakah sanksi tersebut akan tetap berlaku setelah 20 Januari,” catat PVM Oil Associates.(mrv)
Sumber : MT Newswires
Harga Minyak WTI Naik Meski Prakiraan Melihat Produksi Meningkat dan Persediaan Lebih Besar Tahun Depan
