Dolar AS terus mengalami pelemahan terhadap semua mata uang utama dalam kelompok G10, sementara obligasi jangka panjang AS juga mengalami penurunan setelah Moody’s menurunkan peringkat kredit AS.
Indeks Bloomberg Dollar Spot turun 0,6% seiring dengan kenaikan imbal hasil obligasi AS tenor 30 tahun sebesar 8 basis poin menjadi 5,024%, tertinggi sejak 1 November.
Tekanan terhadap dolar kembali meningkat setelah pembukaan pasar London, memperpanjang kerugian moderat yang terjadi selama sesi Asia.
Pasangan mata uang EUR/USD naik 0,9% ke level 1,1268, tertinggi sejak 9 Mei. Euro juga terdorong oleh pernyataan Presiden ECB Christine Lagarde yang mengatakan bahwa kenaikan euro terhadap dolar baru-baru ini adalah konsekuensi dari kebijakan Presiden AS Donald Trump yang tidak menentu dan merupakan peluang bagi Eropa.
Pasangan EUR/GBP juga menguat 0,3% menjadi 0,84276, mencapai level tertinggi pada hari tersebut.
Sementara itu, USD/JPY turun 0,7% ke 144,67, level terendah sejak 8 Mei, dan USD/CHF juga melemah 0,6% menjadi 0,8328.
Pelemahan dolar ini mencerminkan ketidakpastian pasar terhadap kondisi ekonomi AS pasca penurunan peringkat kredit oleh Moody’s. Banyak hedge funds mengambil posisi short terhadap dolar sebagai langkah antisipatif atas volatilitas pasar yang lebih besar.
Para analis memperkirakan bahwa jika tekanan terhadap dolar berlanjut, pasangan mata uang utama lainnya juga berpotensi mencatatkan kenaikan lebih lanjut, terutama jika ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed mereda. Perhatian pasar juga tertuju pada data ekonomi terbaru dan kebijakan moneter dari bank sentral utama dunia.