Apa yang Membuat Harga Perak Diam di Level $36,50? Investor Menahan Napas!

Perak

Harga perak (XAG/USD) bergerak dalam kisaran sempit di sekitar level $36,50 selama sesi perdagangan Eropa pada hari Rabu. Pergerakan yang stagnan ini menjadi sorotan, karena pasar sedang menanti rilis data Indeks Harga Konsumen (CPI) Amerika Serikat untuk bulan Mei yang dijadwalkan keluar pada pukul 12:30 GMT. Ketegangan pasar semakin meningkat, dengan investor menahan diri untuk tidak membuat langkah besar sebelum ada kepastian data inflasi.

Data Inflasi AS Jadi Penentu Arah Pasar

Para ekonom memperkirakan inflasi utama AS akan meningkat menjadi 2,5% secara tahunan, lebih tinggi dari angka bulan April yang tercatat di 2,3%. Sementara itu, inflasi inti—yang mengecualikan harga makanan dan energi yang cenderung fluktuatif—diperkirakan naik menjadi 2,9%, dari 2,8% sebelumnya. Secara bulanan, baik inflasi utama maupun inflasi inti diproyeksikan naik masing-masing sebesar 0,2% dan 0,3%.

Peningkatan tekanan harga ini memberikan alasan bagi Federal Reserve untuk mempertahankan suku bunga pada level tinggi untuk periode yang lebih lama. Sikap ini sejalan dengan pendekatan hati-hati The Fed yang ingin melihat dampak dari kebijakan ekonomi baru Presiden Donald Trump sebelum membuat perubahan kebijakan lebih lanjut.

Kebijakan Moneter Ketat: Ancaman Bagi Aset Tanpa Imbal Hasil

Dalam teori ekonomi, kebijakan moneter ketat dan suku bunga tinggi memberikan tekanan terhadap aset yang tidak memberikan imbal hasil, seperti perak. Ketika imbal hasil obligasi pemerintah AS meningkat, investor cenderung beralih dari logam mulia ke aset yang memberikan pengembalian tetap. Ini menjelaskan mengapa harga perak tertahan dan kurang bergairah, meskipun ketidakpastian masih membayangi pasar global.

Penguatan Dolar AS Tambah Beban Perak

Sebelum data CPI dirilis, Indeks Dolar AS (DXY)—yang mengukur kekuatan Greenback terhadap enam mata uang utama dunia—menguat ke kisaran 99,20. Dolar yang lebih kuat biasanya menekan harga logam mulia karena membuatnya lebih mahal bagi pemegang mata uang lain. Ini menjadi faktor tambahan yang menahan kenaikan harga perak, sekalipun daya tarik safe-haven biasanya meningkat di tengah ketidakpastian ekonomi.

Redanya Ketegangan Global: Efek Negatif bagi Safe-Haven

Dari sisi geopolitik, ketegangan perdagangan antara AS dan Tiongkok menunjukkan tanda-tanda mereda setelah dua pertemuan penting di London. Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, menyampaikan optimisme bahwa Washington akan segera mencabut pembatasan ekspor cip canggih, asalkan Beijing juga mencabut larangan ekspor logam tanah jarang (rare earths).

Historisnya, redanya ketegangan global cenderung mengurangi permintaan terhadap aset lindung nilai seperti perak. Ketika investor merasa risiko geopolitik menurun, mereka biasanya mengalihkan portofolio mereka ke aset-aset berisiko lebih tinggi, meninggalkan logam mulia sebagai cadangan.

Kesimpulan: Perak dalam Mode Menunggu

Harga perak saat ini berada dalam fase konsolidasi, mencerminkan sikap waspada investor global. Semua mata tertuju pada data inflasi AS yang dapat menjadi katalis pergerakan besar berikutnya. Jika data menunjukkan inflasi lebih tinggi dari perkiraan, maka tekanan terhadap perak kemungkinan akan berlanjut karena ekspektasi suku bunga tinggi akan tetap bertahan. Sebaliknya, jika inflasi melambat, perak bisa kembali mendapat daya tariknya sebagai aset lindung nilai terhadap ketidakpastian ekonomi.

Untuk saat ini, pasar tetap menahan napas—dan perak tetap membisu di angka $36,50.

Perhatian!!!
Managemen PT. Rifan Financindo Berjangka (PT RFB) menghimbau kepada seluruh masyarakat untuk lebih berhati-hati terhadap beberapa bentuk penipuan yang berkedok investasi mengatasnamakan PT RFB dengan menggunakan media elektronik ataupun sosial media. Untuk itu harus dipastikan bahwa transfer dana ke rekening tujuan (Segregated Account) guna melaksanakan transaksi Perdagangan Berjangka adalah atas nama PT Rifan Financindo Berjangka, bukan atas nama individu.