Harga Minyak Melonjak di Tengah Ketegangan Israel-Iran, Pasar Khawatir Gangguan Pasokan

Minyak

Harga minyak mentah kembali menguat setelah konflik antara Israel dan Iran meningkat selama akhir pekan, memicu kekhawatiran akan potensi gangguan pasokan dari kawasan Timur Tengah—yang merupakan penghasil sekitar sepertiga dari total minyak dunia. Ketegangan geopolitik ini telah mendorong pasar energi global ke tingkat kewaspadaan tinggi.

Ketegangan Memicu Lonjakan Harga Minyak Global

Brent sempat melonjak hingga 5,5% di awal perdagangan sebelum menurun ke kisaran $75 per barel. Sementara itu, West Texas Intermediate (WTI) diperdagangkan di sekitar $74 per barel. Lonjakan ini dipicu oleh serangan Israel terhadap ladang gas South Pars di Iran, yang mengakibatkan penghentian operasi di salah satu platform produksi utama. Serangan tersebut menyusul tindakan militer sebelumnya yang menargetkan situs nuklir dan infrastruktur militer Iran.

Meskipun serangan terhadap fasilitas gas Iran mengkhawatirkan, fokus utama pasar minyak tertuju pada Selat Hormuz. Jalur sempit ini menjadi jalur pelayaran penting bagi sekitar 20% dari total produksi minyak harian dunia. Ancaman penutupan selat oleh Iran dapat mendorong harga minyak naik secara drastis dan menciptakan kekacauan logistik global.

Respons Pasar dan Ketakutan Akan Konflik Berkepanjangan

Ketegangan ini telah mengguncang pasar keuangan global. Harga minyak sempat melonjak lebih dari 13% pada hari Jumat sebelum kembali stabil, sementara para investor beralih ke aset-aset safe haven seperti emas. Iran juga membatalkan perundingan nuklir yang dijadwalkan dengan AS di Oman, menambah ketidakpastian geopolitik.

Meskipun gas Iran sebagian besar dikonsumsi secara domestik dan tidak banyak diekspor, insiden ledakan di pabrik pengolahan gas South Pars menimbulkan kekhawatiran terhadap keseluruhan infrastruktur energi Iran. Selain gas, kondensat—sejenis minyak ringan—juga dihasilkan dan diekspor dari wilayah ini, terutama ke pasar Tiongkok.

Namun, para analis memperingatkan bahwa langkah Iran untuk menutup Selat Hormuz juga dapat merugikan negara itu sendiri karena akan menghambat ekspor minyaknya sendiri yang menjadi sumber pendapatan utama. Secara ekonomi dan politik, strategi ini dinilai tidak masuk akal oleh analis Muyu Xu dari Kpler.

Pasar Derivatif Tunjukkan Sinyal Bahaya

Metrik pasar menunjukkan meningkatnya kekhawatiran terhadap risiko pasokan jangka pendek. Selisih harga antara kontrak Desember terdekat untuk Brent melebar hingga $3,48 per barel, mencerminkan kekhawatiran tentang ketidakseimbangan pasokan di masa depan. Pasar opsi juga memperlihatkan bias yang kuat terhadap posisi beli (bullish), menandakan ekspektasi harga akan terus naik, terutama selama sesi perdagangan Asia.

Ekspektasi Politik dan Arah Harga Selanjutnya

Meskipun tidak ada indikasi langsung bahwa Iran akan menutup Selat Hormuz, para analis seperti Mukesh Sahdev dari Rystad Energy menyebut potensi blokade selat ini sebagai “skenario paling berdampak terhadap pasar” yang bisa membawa harga minyak ke level yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Presiden AS Donald Trump menyatakan keyakinannya bahwa Israel dan Iran mungkin bisa mencapai kesepakatan damai, namun mengakui bahwa konflik bisa berlanjut untuk sementara waktu sebelum ada penyelesaian. “Kadang-kadang mereka harus bertempur terlebih dahulu, tapi kita akan lihat nanti,” ujarnya.

Pergerakan terakhir menunjukkan Brent untuk pengiriman Agustus naik 0,8% menjadi $74,85 per barel, sementara WTI untuk pengiriman Juli meningkat 1% ke $73,70 per barel pada perdagangan siang waktu Singapura. Meskipun beberapa analis seperti dari Westpac Banking Corp memperkirakan harga Brent tidak akan menembus $80 tanpa eskalasi lebih lanjut, ketidakpastian geopolitik tetap menjadi pendorong utama volatilitas harga.

Minyak Masuk Wilayah Risiko Tinggi

Kenaikan harga minyak baru-baru ini mencerminkan sensitivitas pasar terhadap risiko geopolitik, terutama yang berkaitan dengan wilayah penghasil energi utama dunia. Selama belum ada deeskalasi nyata antara Israel dan Iran, dan potensi ancaman terhadap Selat Hormuz masih membayangi, pasar minyak global akan tetap berada dalam zona volatilitas tinggi, dengan potensi lonjakan harga yang signifikan.

Perhatian!!!
Managemen PT. Rifan Financindo Berjangka (PT RFB) menghimbau kepada seluruh masyarakat untuk lebih berhati-hati terhadap beberapa bentuk penipuan yang berkedok investasi mengatasnamakan PT RFB dengan menggunakan media elektronik ataupun sosial media. Untuk itu harus dipastikan bahwa transfer dana ke rekening tujuan (Segregated Account) guna melaksanakan transaksi Perdagangan Berjangka adalah atas nama PT Rifan Financindo Berjangka, bukan atas nama individu.