Harga emas kembali menguat pada perdagangan hari Senin, setelah sempat menyentuh level terendah dalam lebih dari satu bulan. Pemulihan ini didorong oleh pelemahan Dolar AS yang membuat logam mulia tersebut lebih menarik bagi pembeli non-AS, meskipun sentimen risiko membaik seiring meredanya ketegangan dagang AS-Tiongkok.
Harga Spot dan Futures Menguat di Tengah Tekanan Dolar
Harga emas spot tercatat naik 0,3% menjadi USD 3.281,65 per ons pada pukul 09.16 WIB, setelah sebelumnya jatuh ke level terendah sejak 29 Mei. Sementara itu, kontrak berjangka emas AS (U.S. gold futures) juga mencatatkan kenaikan sebesar 0,2% menjadi USD 3.293,30 per ons.
Pelemahan indeks Dolar AS sebesar 0,2% menjadi faktor utama yang mendukung rebound harga emas. Dolar yang lebih lemah membuat emas yang dihargakan dalam mata uang tersebut menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya, sehingga meningkatkan permintaan.
Ketegangan Global Mereda, Selera Risiko Meningkat
Sinyal positif datang dari perkembangan hubungan dagang antara AS dan Tiongkok. Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, menyatakan bahwa kedua negara telah menyelesaikan permasalahan terkait ekspor mineral tanah jarang dan magnet ke AS. Selain itu, ia menambahkan bahwa serangkaian kesepakatan dagang dengan negara lain berpotensi rampung sebelum Hari Buruh AS pada 1 September.
Di sisi lain, Presiden AS Donald Trump secara mendadak menghentikan pembicaraan dagang dengan Kanada pada Jumat lalu, setelah mengkritik kebijakan pajak Kanada yang menyasar perusahaan teknologi AS. Trump mengancam akan menetapkan tarif baru atas barang-barang Kanada dalam waktu sepekan. Meskipun ini memunculkan sedikit ketidakpastian, pasar masih menilai bahwa risiko geopolitik secara umum mulai mereda.
Di Timur Tengah, gencatan senjata antara Iran dan Israel setelah konflik selama 12 hari tampaknya tetap terjaga, yang turut menekan permintaan emas sebagai aset lindung nilai (safe haven).
Tekanan Terbatas, Level Support Kunci Jadi Perhatian
Analis Pasar Utama di KCM Trade, Tim Waterer, menilai bahwa outlook global saat ini tidak lagi terlalu diliputi kekhawatiran ekstrem, baik terkait konflik di Timur Tengah maupun ketegangan dagang. Hal ini membuat emas kehilangan peran utamanya sebagai aset pelindung dalam jangka pendek. Namun, ia mencatat bahwa pelemahan Dolar tetap menjadi faktor penyeimbang yang mendukung harga.
Menurutnya, level USD 3.250 merupakan area support penting bagi harga emas. Jika level ini ditembus, harga berpotensi turun lebih jauh menuju kisaran USD 3.200. Namun, selama level tersebut bertahan, emas masih memiliki ruang untuk bergerak stabil di tengah fluktuasi sentimen global.
Daya Tarik Emas Menurun di Lingkungan Suku Bunga Tinggi
Dalam kondisi ekonomi dan geopolitik yang relatif stabil, permintaan terhadap emas sebagai aset safe haven cenderung menurun. Selain itu, karena emas tidak menghasilkan imbal hasil (non-yielding asset), daya tariknya menjadi semakin terbatas di tengah era suku bunga tinggi seperti saat ini. Investor cenderung mengalihkan aset ke instrumen berimbal hasil seperti obligasi dan deposito ketika suku bunga berada dalam tren naik.
Kebangkitan harga emas dari titik terendah bulanan menjadi sinyal bahwa pelemahan Dolar AS masih menjadi faktor pendukung yang kuat. Namun, perbaikan sentimen risiko global dan ketegangan geopolitik yang mereda memberikan tekanan tersendiri terhadap daya tarik emas. Dalam jangka pendek, pergerakan emas akan sangat bergantung pada arah Dolar serta perkembangan terbaru dari kebijakan dagang dan geopolitik global.