Perhatian: Fluktuasi Harga Komoditas
Di dunia yang dinamis ini, sorotan hari ini jatuh pada pergerakan halus dari aset kunci seperti emas, batu bara, dan Crude Palm Oil (CPO). Saat hari perdagangan dimulai, mari kita telusuri perkembangan terbaru yang membentuk jalur mereka di pasar spot.
Minat: Ketahanan Emas di Tengah Stabilitas
Laporan perdagangan pagi ini mencatat pergeseran positif dalam harga emas di pasar spot. Menurut Bloomberg pada pukul 7:16 WIB, harga emas naik sebesar 0,03%, mencapai US$2.044,88. Sementara itu, harga batu bara tetap stabil, dipengaruhi oleh ambisi India dalam pembangkit listrik tenaga uap. Di sisi lain, CPO menguat, mengikuti tren kenaikan harga minyak mentah dan antisipasi seputar keputusan OPEC+.
Data Bloomberg mengungkapkan bahwa kontrak batu bara ICE Newcastle untuk Januari 2024 tetap pada posisinya dari penutupan hari sebelumnya, menunjukkan penurunan sebesar 0,93% menjadi US$127,90 per ton metrik. Namun, kontrak Desember 2023 mengalami kenaikan sebesar 0,31%, mencapai US$127,85 per ton metrik.
Dalam upaya mengatasi permintaan listrik, India bertujuan menambah kapasitas pembangkit listrik berbasis batu bara sebesar 17 gigawatt dalam 16 bulan mendatang, menandai lajunya yang tercepat dalam beberapa tahun terakhir. Perluasan ini mendahului Konferensi Iklim PBB COP28, di mana Prancis dan Amerika Serikat diperkirakan akan membatasi pendanaan untuk pembangkit listrik batu bara—langkah yang menentang India, yang sangat bergantung pada batu bara untuk 73% pembangkit listriknya.
Selain itu, Kamboja membatalkan proyek pembangkit listrik tenaga batu bara senilai US$1,5 miliar dengan kapasitas 700 megawatt. Sebagai gantinya, Kamboja akan membangun pembangkit listrik tenaga gas alam sebesar 800 megawatt.
Keinginan: Dinamika Batu Bara Global yang Berubah
Proyeksi November 2023 menunjukkan lonjakan impor batu bara termal China, mencapai total bulanan tertinggi kedua tahun ini sekitar 29,21 juta metrik ton. Namun, tren kontras diharapkan untuk Indonesia dan India, dengan perkiraan penurunan impor batu bara mereka. Impor batu bara termal India diperkirakan turun menjadi sekitar 17,78 juta metrik ton pada November, turun dari 18,82 juta pada Oktober—bulan terkuat sejauh ini pada tahun 2023. Sementara itu, impor Indonesia diperkirakan turun menjadi 10,92 juta metrik ton pada November dari 12,19 juta pada Oktober 2023.
India berencana meningkatkan impor batu bara kokas dari Rusia karena pasokan utama dari Australia menurun, seiring pabrik baja berjuang menghadapi kenaikan harga.
Aksi: Pergerakan Harga CPO dan Dinamika Pasar
Beralih perhatian pada Crude Palm Oil (CPO), kontrak referensi Februari 2024 di bursa derivatif Malaysia mengalami penurunan 31 poin menjadi 3.866 ringgit per ton metrik. Sementara itu, kontrak Desember 2023 melemah 22 poin menjadi 3.734 ringgit per ton metrik.
Reuters melaporkan penurunan futures minyak kelapa sawit Malaysia pada Rabu (29/11), menyusul penurunan minyak saingannya di bursa Dalian dan penguatan ringgit. Sementara itu, harga minyak mentah meningkat pada Rabu karena badai di wilayah Laut Hitam mengganggu ekspor minyak dari Kazakhstan dan Rusia, sehingga meningkatkan kekhawatiran akan kelangkaan pasokan.
Sementara itu, para investor dengan penuh antisipasi menanti keputusan penting dari OPEC+ yang dapat memperdalam atau memperpanjang pemangkasan produksi. Di sisi lain, prospek yang lebih kuat untuk futures minyak mentah dapat membuat kelapa sawit menjadi pilihan yang lebih menarik untuk produksi biodiesel.
Di pasar berjangka, kontrak kedelai di Dalian dan kontrak minyak kelapa sawit mengalami penurunan, dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk harapan cuaca yang mempengaruhi panen kedelai di Brasil.
Analisis teknis Wang Tao menyarankan bahwa minyak kelapa sawit mungkin akan naik ke kisaran 3.935-3.953 ringgit per ton metrik dalam perkiraan wave C. Namun, penguatan ringgit Malaysia sebesar 0,40% terhadap dolar mengurangi daya tarik minyak kelapa sawit bagi pemegang mata uang asing.
Kesimpulan: Menavigasi Lanskap Komoditas
Di dunia perdagangan komoditas yang rumit ini, pergerakan halus emas, batu bara, dan CPO mencerminkan keseimbangan yang halus yang dipengaruhi oleh pergeseran ekonomi global, konferensi iklim, dan keputusan geopolitik. Saat kita menyaksikan perubahan-perubahan halus ini, para pelaku pasar harus tetap waspada, menyesuaikan strategi untuk menavigasi lanskap berubahnya harga komoditas.
Sumber : Bloomberg