Penurunan Harga Minyak Dunia
Harga minyak dunia kembali mengalami penurunan pada Senin karena meredanya ancaman gangguan pasokan dari badai di Amerika Serikat. Di samping itu, investor juga merasa kurang puas dengan paket stimulus ekonomi yang diumumkan China, yang dinilai tidak cukup kuat untuk mendorong permintaan bahan bakar di negara ekonomi terbesar kedua di dunia ini.
Pada perdagangan Senin dini hari (0104 GMT), harga minyak mentah Brent turun sebesar 19 sen atau 0,3% menjadi USD 73,68 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS berada di level USD 70,13 per barel, turun 25 sen atau 0,4%. Kedua jenis minyak acuan ini telah mengalami penurunan lebih dari 2% pada perdagangan Jumat lalu.
Stimulus Ekonomi China yang Mengecewakan Pasar
China baru-baru ini mengumumkan kebijakan stimulus ekonominya dalam pertemuan Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional (NPC) pada hari Jumat. Namun, kebijakan ini dinilai belum memenuhi ekspektasi pasar yang mengharapkan dorongan lebih kuat bagi konsumsi bahan bakar. Menurut analis pasar Tony Sycamore dari IG Market, kebijakan ini hanya memberikan panduan yang kabur dan tampaknya hanya memberikan stimulus yang terbatas bagi sektor perumahan dan konsumsi.
Analis dari ANZ menambahkan bahwa kurangnya stimulus fiskal langsung menunjukkan bahwa para pembuat kebijakan China mungkin masih menunggu dampak dari kebijakan yang akan diterapkan oleh pemerintahan baru Amerika Serikat.
“Pasar kini akan mengalihkan fokus ke pertemuan Politbiro dan Konferensi Kerja Ekonomi Pusat pada Desember, di mana kami mengharapkan adanya pengumuman langkah-langkah kontra-siklus yang lebih pro-konsumsi,” kata analis ANZ dalam sebuah catatan.
Permintaan Minyak di China Menurun
Selama bertahun-tahun, China menjadi pendorong utama pertumbuhan permintaan minyak global. Namun, konsumsi minyak di negara ini hampir tidak menunjukkan pertumbuhan yang signifikan pada tahun 2024. Pertumbuhan ekonomi yang melambat, penurunan penggunaan bensin akibat meningkatnya jumlah kendaraan listrik, dan peralihan ke gas alam cair (LNG) sebagai bahan bakar truk turut berkontribusi pada penurunan permintaan minyak di China.
Pengaruh Meredanya Ancaman Badai di Teluk Meksiko
Selain faktor di China, harga minyak juga melemah setelah ancaman gangguan pasokan akibat badai Rafael di Teluk Meksiko, AS, berkurang. Pada Minggu, lebih dari seperempat produksi minyak AS di Teluk Meksiko dan 16% dari produksi gas alamnya masih dalam keadaan offline, menurut regulator energi lepas pantai. Namun, dengan meredanya badai, produksi diperkirakan akan segera kembali pulih.
Dampak Kebijakan AS terhadap Harga Minyak Global
Kebijakan energi yang akan diterapkan oleh Presiden terpilih Amerika Serikat di masa depan juga menambah ketidakpastian dalam prospek ekonomi global. Meskipun ada kekhawatiran bahwa sanksi AS yang lebih ketat terhadap produsen OPEC seperti Iran dan Venezuela dapat memperketat pasokan minyak global, ekspektasi ini mendorong harga minyak naik lebih dari 1% pada minggu sebelumnya.
Permintaan Kuat dari Kilang Minyak AS
Pasar minyak juga didukung oleh permintaan kuat dari kilang minyak di AS yang diperkirakan akan menjalankan pabrik mereka di atas 90% kapasitas pemrosesan minyak mentah. Hal ini disebabkan oleh rendahnya persediaan dan peningkatan permintaan untuk bensin dan diesel, seperti yang disampaikan oleh para eksekutif dan pakar industri.
Perkembangan dalam pasar minyak ini menunjukkan bahwa baik faktor pasokan maupun permintaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap fluktuasi harga minyak. Dengan ketidakpastian yang ada, para investor akan terus memantau perkembangan ekonomi global, kebijakan dari negara-negara besar, serta faktor eksternal seperti kondisi cuaca yang dapat memengaruhi produksi minyak.