Pergerakan Harga Emas di Sesi Asia
Pada Rabu (13/11), harga emas (XAU/USD) berhasil menarik minat beli di sesi perdagangan Asia, setelah mengalami penurunan selama tiga hari berturut-turut ke level terendah sejak 20 September di kisaran $2.590-$2.589 yang tercapai sehari sebelumnya. Kenaikan ini tampaknya tidak didorong oleh katalis fundamental yang jelas, tetapi lebih disebabkan oleh aktivitas reposisi menjelang rilis data inflasi konsumen AS. Data ini diperkirakan dapat mempengaruhi ekspektasi tentang jalur pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) dan memberikan arah baru bagi logam mulia yang tidak memberikan imbal hasil ini.
Dolar AS Menguat dan Dampaknya pada Harga Emas
Menjelang risiko data penting ini, Dolar AS (USD) memasuki fase konsolidasi bullish setelah mencapai level tertinggi sejak awal Mei. Penguatan dolar ini, disertai dengan kekhawatiran bahwa tarif proteksionis dari Presiden AS terpilih Donald Trump dapat berdampak negatif pada ekonomi global, memberi dukungan bagi harga emas sebagai aset safe haven. Meski demikian, potensi kenaikan XAU/USD tampak terbatas di tengah ekspektasi bahwa kebijakan ekspansif Trump akan mendorong inflasi dan membatasi ruang bagi The Fed untuk melonggarkan kebijakan moneternya secara agresif.
Ekspektasi Terhadap Data CPI AS dan Potensi Pergerakan Emas
Para investor kini menantikan data Indeks Harga Konsumen (CPI) AS yang akan dirilis pada hari Rabu. Data ini diperkirakan akan memberikan wawasan tambahan tentang arah kebijakan suku bunga The Fed. Dengan inflasi yang diantisipasi untuk tetap tinggi, tekanan untuk mempertahankan suku bunga di level saat ini atau bahkan meningkat dapat semakin menekan harga emas, mengingat emas tidak memberikan imbal hasil yang kompetitif dibandingkan aset lain seperti obligasi yang menghasilkan bunga.
Pengaruh Data Inflasi pada Permintaan Emas
Jika data CPI menunjukkan angka yang lebih tinggi dari ekspektasi, hal ini bisa memperkuat ekspektasi bahwa The Fed akan mempertahankan kebijakan suku bunga yang ketat atau bahkan menaikkannya. Hal ini tentu akan membatasi daya tarik emas sebagai aset non-yielding. Sebaliknya, jika data inflasi lebih rendah dari perkiraan, emas mungkin akan mendapat dorongan karena meningkatnya peluang The Fed akan melonggarkan kebijakan moneter.