Harga minyak mentah mengalami kenaikan setelah sebelumnya mencatat penurunan terbesar dalam lebih dari sebulan. Kenaikan ini dipicu oleh efek sanksi Amerika Serikat terhadap aliran minyak Rusia dan laporan industri yang menunjukkan penurunan cadangan minyak AS.
Brent melonjak di atas $80 per barel setelah sebelumnya turun 1,4% pada Selasa, didorong oleh ekspektasi gencatan senjata antara Israel dan Hamas. West Texas Intermediate (WTI) mendekati $78. Menurut dokumen yang dilihat oleh Bloomberg, American Petroleum Institute melaporkan bahwa cadangan minyak mentah AS turun sebesar 2,6 juta barel pekan lalu. Jika data ini dikonfirmasi oleh data resmi, ini akan menjadi penarikan kedelapan berturut-turut.
Dampak sanksi terbaru AS terhadap Rusia merambat ke pasar global. Pembeli minyak Rusia semakin beralih ke pemasok OPEC+ lainnya, seiring beberapa negara, termasuk India, berencana melarang kapal tanker yang dikenai sanksi. Di Tiongkok, perusahaan minyak negara dan kilang swasta besar mulai mengambil kargo dari Timur Tengah dan wilayah lain untuk mengantisipasi gangguan. Biaya pengiriman melonjak, sementara pola harga fisik minyak AS juga mengalami pergeseran.
Minyak mentah memulai tahun ini dengan kuat, didukung oleh sanksi AS yang memperkuat kenaikan harga yang sebelumnya dipicu oleh musim dingin di belahan bumi utara yang lebih dingin, serta penurunan cadangan minyak AS yang stabil. Kenaikan awal ini menentang ekspektasi luas bahwa harga akan mengalami kesulitan pada tahun 2025 karena cadangan diprediksi akan melebihi permintaan, memicu surplus global.
Prospek keseimbangan pasar akan menjadi fokus pada Rabu saat Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan Badan Energi Internasional (IEA) merilis laporan bulanan mereka. Pada Selasa, laporan terbaru dari Badan Informasi Energi AS menyarankan adanya kelebihan pasokan pada 2025 dan 2026, meskipun perkiraan ini dibuat sebelum adanya sanksi terbaru terhadap Rusia.
Di luar pengaruh sanksi AS, para pedagang juga mempertimbangkan implikasi dari masa jabatan kedua Presiden-terpilih Donald Trump di Gedung Putih. Ini termasuk kemungkinan pengetatan ekspor Iran, potensi tarif perdagangan yang bisa menargetkan minyak Kanada, dan langkah-langkah untuk meningkatkan produksi domestik.
Harga minyak kemungkinan akan tetap dalam kisaran sempit untuk sementara waktu karena para pedagang mencari “kejelasan lebih lanjut tentang kebijakan energi Trump terhadap produksi minyak AS menjelang pelantikannya yang akan datang,” kata Yeap Jun Rong, ahli strategi pasar untuk IG Asia Pte.