Harga emas kembali menguat mendekati rekor tertinggi seiring dengan melemahnya dolar AS dan imbal hasil obligasi pemerintah AS. Para pelaku pasar terus mencermati upaya Amerika Serikat dalam mengakhiri perang di Ukraina serta langkah-langkah kebijakan perdagangan yang diambil Presiden Donald Trump.
Harga emas melonjak ke level $2.917 per ons, mendekati puncak sebelumnya di atas $2.942 yang tercapai awal pekan ini. Kenaikan ini terjadi setelah Trump dalam panggilan telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin sepakat untuk memulai negosiasi guna mengakhiri perang di Ukraina, yang turut memberikan dorongan positif bagi mata uang euro. Pergerakan emas ke level lebih tinggi ini terjadi meskipun data terbaru menunjukkan inflasi AS yang lebih tinggi dari perkiraan, yang berpotensi memperlemah alasan bagi Federal Reserve untuk memangkas suku bunga dalam waktu dekat.
Sepanjang tahun ini, harga emas terus mencetak rekor demi rekor, bahkan berpotensi menembus level psikologis $3.000 per ons. Lonjakan ini didorong oleh permintaan aset safe haven, terutama di tengah ketidakpastian kebijakan perdagangan dan geopolitik yang muncul seiring dengan perubahan administrasi di AS. Selain itu, bank sentral—termasuk China—telah menambah kepemilikan emasnya, sementara dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) berbasis emas juga menunjukkan peningkatan signifikan.
Pada perdagangan terbaru, harga emas spot naik 0,5% ke $2.917,08 per ons pada pukul 13.55 waktu Singapura, mencatatkan kenaikan lebih dari 11% sepanjang tahun ini. Indeks Bloomberg Dollar Spot melemah 0,3%, sementara harga perak, paladium, dan platina juga mengalami kenaikan.
Dengan kombinasi faktor makroekonomi dan geopolitik yang terus mendorong permintaan emas, investor kini mengantisipasi apakah momentum bullish ini akan berlanjut hingga mencapai level baru dalam beberapa pekan mendatang.