Harga perak (XAG/USD) tetap tertekan setelah kenaikan pada sesi sebelumnya, diperdagangkan di sekitar $32,90 per troy ounce selama jam perdagangan Asia pada Jumat (21/2). Logam mulia ini menghadapi tekanan jual seiring dengan meningkatnya sentimen risiko di pasar global.
Peningkatan selera risiko ini dipicu oleh pernyataan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang mengindikasikan kemungkinan tercapainya kesepakatan perdagangan dengan China. Trump menyatakan harapannya agar Presiden China, Xi Jinping, dapat berkunjung ke AS untuk melanjutkan pembicaraan, serta membahas isu terkait TikTok. Pernyataan ini membantu meredakan kekhawatiran pasar terkait tarif perdagangan antara kedua negara.
Namun, harga perak mendapatkan sedikit dukungan di tengah ketidakpastian perdagangan dan geopolitik yang masih berlangsung. Trump mengumumkan rencana untuk memberlakukan tarif sebesar 25% pada impor mobil, semikonduktor, dan produk farmasi, yang memicu kekhawatiran akan perang dagang global yang lebih luas.
Selain itu, ketegangan meningkat antara Trump dan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky. Trump menyebut Zelensky sebagai “diktator” setelah kritik yang dilontarkan oleh pemimpin Ukraina tersebut terkait pembicaraan AS-Rusia di Arab Saudi yang tidak melibatkan Kyiv. Zelensky menanggapi dengan menyatakan bahwa Trump “hidup dalam ruang disinformasi” yang dikendalikan oleh Moskow.
Sementara itu, pejabat Federal Reserve AS mengindikasikan pada Januari bahwa mereka ingin melihat kemajuan lebih lanjut dalam inflasi sebelum memotong suku bunga. Gubernur Dewan Federal Reserve, Adriana Kugler, mengatakan pada Kamis bahwa inflasi masih “memiliki jalan yang harus ditempuh” sebelum mencapai target 2% The Fed. Presiden Fed St. Louis, Alberto Musalem, memperingatkan potensi risiko stagflasi dan peningkatan ekspektasi inflasi.
Secara keseluruhan, harga perak tetap berada di bawah tekanan di tengah meningkatnya selera risiko dan ketidakpastian geopolitik yang berkelanjutan.