Harga perak naik di atas level $33,10 per ons pada hari Senin, mengakhiri tren penurunan selama tiga hari berturut-turut. Kenaikan ini terjadi seiring meningkatnya permintaan aset safe haven di tengah ketegangan geopolitik dan ketidakpastian ekonomi di Amerika Serikat. Para investor secara cermat memantau upaya yang dipimpin AS untuk mengakhiri konflik Rusia-Ukraina, sementara situasi di Timur Tengah juga semakin memanas setelah serangan udara Israel terhadap rumah sakit di Gaza pada hari Minggu yang menewaskan lima orang.
Selain itu, pelemahan dolar AS turut memberikan dukungan bagi harga perak. Kekhawatiran pasar meningkat bahwa tarif perdagangan yang diberlakukan oleh Presiden Donald Trump dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi. Situasi ini berpotensi mendorong Federal Reserve untuk kembali menurunkan suku bunga, yang pada akhirnya akan meningkatkan daya tarik logam mulia seperti perak sebagai alternatif investasi yang lebih aman.
Di sisi lain, para pelaku pasar juga memperhatikan prospek ekonomi di Tiongkok. Dalam forum bergengsi China Development Forum di Beijing pada hari Minggu, Perdana Menteri Li Qiang menyerukan agar negara-negara membuka pasar mereka untuk menghadapi ketidakstabilan global. Pernyataan ini menambah keyakinan bahwa negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut berupaya menjaga stabilitas dan mendorong pemulihan global, yang secara tidak langsung mendukung sentimen positif terhadap permintaan logam mulia.
Dengan berbagai faktor pendukung ini, harga perak menunjukkan sinyal kuat pemulihan setelah tekanan selama beberapa hari terakhir. Investor akan terus mencermati perkembangan geopolitik dan kebijakan moneter global untuk menentukan arah harga logam mulia ke depan.