Harga emas mengalami penurunan tipis pada perdagangan sesi Asia hari Senin, meskipun ketegangan geopolitik di kawasan Timur Tengah terus meningkat. Setelah sempat naik 0,8%, logam mulia ini akhirnya terkoreksi ke kisaran $3.361 per ounce. Penurunan ini terjadi tak lama setelah Amerika Serikat bergabung dengan Israel dalam melancarkan serangan terhadap tiga fasilitas nuklir utama di Iran, yang memicu kekhawatiran akan adanya aksi balasan dari Teheran. Di sisi lain, penguatan Dolar AS dan lonjakan harga minyak mentah turut menambah tekanan, memunculkan kekhawatiran baru terhadap inflasi global.
Ketegangan Geopolitik Belum Mampu Dorong Reli Emas
Secara teori, konflik geopolitik seharusnya mendorong permintaan terhadap aset safe haven seperti emas. Namun dalam kenyataannya, pasar tampaknya belum sepenuhnya yakin bahwa eskalasi ini akan berubah menjadi konflik skala besar. Menurut analis ANZ, Daniel Hynes, pelaku pasar masih bersikap hati-hati dan memilih untuk menunggu perkembangan lebih lanjut. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun situasi geopolitik dapat memicu ketidakpastian, faktor fundamental tetap menjadi pertimbangan utama dalam pengambilan keputusan investasi terhadap emas.
Kekhawatiran Suku Bunga Masih Membayangi
Salah satu faktor utama yang menahan laju emas adalah ekspektasi bahwa kenaikan harga energi—akibat konflik—dapat membuat Federal Reserve menunda rencana pemangkasan suku bunga. Ketika suku bunga tinggi, emas cenderung kehilangan daya tarik karena tidak menghasilkan imbal hasil seperti obligasi atau instrumen keuangan lainnya. Ketidakpastian ini membuat investor bersikap defensif, menghindari pembentukan posisi panjang tambahan pada logam kuning tersebut, terutama ketika harganya sudah cukup dekat dengan rekor tertinggi yang tercapai pada April lalu.
Respons Iran dan Dinamika Pasar Minyak
Faktor lain yang turut menahan lonjakan harga emas adalah sikap Iran yang belum menunjukkan respons militer besar terhadap serangan tersebut. Analis memperkirakan bahwa Teheran akan bersikap hati-hati, terutama untuk menghindari lonjakan harga minyak yang dapat mempersulit hubungan dagang dengan mitra strategis seperti Tiongkok. Situasi ini membuat ketegangan yang terjadi belum cukup kuat untuk memicu lonjakan besar pada harga emas, berbeda dengan respons pasar terhadap konflik berskala global sebelumnya.
Kondisi Logam Mulia Lain: Perak Stabil, Platinum dan Palladium Melemah
Sementara itu, harga perak menunjukkan stabilitas dalam menghadapi dinamika geopolitik dan ekonomi global. Namun, logam lainnya seperti platinum dan palladium mengalami pelemahan. Hal ini mencerminkan bahwa pasar logam mulia saat ini masih terfokus pada kombinasi faktor teknikal dan fundamental, dengan kecenderungan untuk menghindari risiko berlebihan dalam situasi pasar yang belum sepenuhnya pasti.
Emas Masih Menanti Katalis Lebih Kuat
Walaupun ketegangan di Timur Tengah meningkat, harga emas belum menunjukkan reli signifikan seperti yang biasanya terjadi dalam kondisi geopolitik berisiko tinggi. Sentimen pasar masih dibayangi oleh ketidakpastian kebijakan moneter AS dan sikap Iran yang relatif terkendali. Dengan harga emas yang hanya sekitar $140 dari level tertinggi sepanjang masa, investor tampaknya menahan diri dan menunggu katalis yang lebih kuat sebelum kembali masuk ke pasar secara agresif. Untuk saat ini, arah harga emas tetap bergantung pada kombinasi ketegangan global dan sinyal kebijakan dari bank sentral utama dunia.