Dalam pergeseran ekonomi yang halus, Tokyo mengalami perlambatan kenaikan harga konsumen untuk bulan kedua berturut-turut pada bulan Desember. Ini merupakan sinyal potensial bahwa inflasi yang didorong oleh biaya mungkin akan mereda, sementara konsumen hemat mengurangi pengeluaran yang bersifat diskresi.
Perhatian: Perlambatan Inflasi di Tokyo
Harga konsumen, yang tidak termasuk makanan segar, naik sebesar 2,1% di ibu kota, melambat dari 2,3% yang terjadi pada bulan November, menurut Kementerian Urusan Dalam Negeri pada hari Selasa (9/1). Angka-angka ini mencatat yang terlemah sejak Juni 2022 tetapi sejalan dengan perkiraan konsensus para ekonom.
Angka-angka Tokyo berfungsi sebagai indikator utama bagi data nasional yang akan diumumkan minggu depan.
Minat: Penurunan Pengeluaran Rumah Tangga dan Perubahan Lanskap Konsumen
Laporan terpisah menunjukkan bahwa rumah tangga Jepang mengurangi pengeluaran mereka sebesar 2,9% pada bulan November dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Penurunan ini terjadi karena kenaikan biaya hidup mendorong pembeli untuk lebih selektif dalam memilih pembelian mereka. Penurunan ini melampaui konsensus yang memproyeksikan penurunan sebesar 2,3%.
Secara keseluruhan, laporan-laporan ini menunjukkan bahwa tekanan inflasi yang didorong oleh biaya mulai mereda. Data ini menggarisbawahi ketidaksempurnaan dalam proses pemulihan setelah kontraksi ekonomi yang paling tajam sejak puncak pandemi pada kuartal musim panas.
Keinginan: Mengungkap Faktor di Balik Perlambatan
Pada hari Selasa, data menunjukkan perlambatan kenaikan harga makanan olahan di Tokyo menjadi 6% pada bulan Desember dari 6,4% pada bulan sebelumnya. Sementara itu, harga utilitas terus merosot tajam, dengan harga gas di ibu kota turun 22%. Keputusan Perdana Menteri Fumio Kishida untuk mempertahankan subsidi listrik dan gas telah berkontribusi pada pengurangan inflasi secara keseluruhan sebesar 0,45 poin persentase, efek yang sama seperti yang terlihat pada bulan November.
Tren inflasi yang tidak mencakup harga makanan segar dan energi juga melambat, turun menjadi 3,5%, menandai penurunan selama empat bulan berturut-turut.
Pejabat Bank of Japan akan menganalisis angka-angka ini menjelang pertemuan dewan yang berakhir pada tanggal 23 Januari. Selain keputusan kebijakan, mereka juga akan merilis pandangan terkini mereka mengenai harga dan pertumbuhan.
Aksi: Perspektif BOJ dan Wawasan ke Depan
Data harga terbaru sejalan dengan pandangan BOJ bahwa tekanan harga yang didorong oleh impor sudah mereda. Gubernur Kazuo Ueda menyatakan bahwa bahkan dengan berkurangnya dampak harga impor, ada kemungkinan besar Jepang siap untuk keluar dari lingkungan inflasi rendah yang telah mengganggu perekonomian selama 25 tahun terakhir.
Ueda kini fokus pada prospek kenaikan upah dan indikasi bahwa perusahaan telah mengubah pola pikir mereka. Pada acara Tahun Baru, gubernur mencatat adanya perubahan dalam perilaku penetapan harga di kalangan bisnis, dan ia memprediksi kenaikan upah dan inflasi secara seimbang pada tahun ini.
Secara keseluruhan, perlambatan inflasi di Tokyo melukiskan gambaran nuansa dari lanskap ekonomi. Perlambatan dalam kenaikan harga konsumen, ditambah dengan perubahan perilaku konsumen dan intervensi pemerintah, menunjukkan potensi stabilisasi. Saat Bank of Japan menilai perkembangan ini, fokus pada pertumbuhan upah dan strategi perusahaan yang berkembang bisa membuka jalan menuju masa depan ekonomi yang lebih seimbang. Perjalanan Tokyo melalui nuansa ekonomi ini tanpa keraguan akan closely monitored oleh para ekonom dan pembuat kebijakan.
Sumber: Bloomberg