Pergerakan harga minyak mentah kembali stabil setelah data menunjukkan kenaikan stok minyak mentah di Amerika Serikat (AS) untuk pekan ketiga berturut-turut. Sementara itu, para pedagang tetap waspada terhadap perkembangan konflik perang di Ukraina yang semakin memanas.
Kenaikan Stok Minyak Mentah AS
Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) diperdagangkan mendekati $69 per barel, setelah sebelumnya ditutup turun 0,7% pada hari Rabu. Sementara itu, Brent menetap di bawah $73 per barel. Data resmi pemerintah AS menunjukkan bahwa stok minyak mentah naik sebanyak 545.000 barel pekan lalu, meskipun kenaikan ini lebih kecil dibandingkan perkiraan laporan industri sebelumnya.
Kenaikan stok ini memberikan sinyal kuat adanya pasokan yang cukup di pasar, meskipun pasar tetap diliputi ketidakpastian akibat dinamika geopolitik global dan perubahan permintaan musiman.
Dinamika Pasar Minyak: Fluktuasi dan Faktor Pendukung
Sejak pertengahan Oktober, harga minyak mengalami fluktuasi akibat berbagai faktor, seperti:
- Pasokan yang Melimpah: Laporan kenaikan stok minyak mentah menambah kekhawatiran bahwa pasar mungkin oversupply.
- Kekuatan Dolar AS: Penguatan dolar AS menambah tekanan pada harga minyak, mengingat minyak biasanya dihargai dalam mata uang ini.
- Konflik di Ukraina: Perang yang terus berlanjut di Ukraina menjadi pusat perhatian, terutama dengan meningkatnya penggunaan senjata jarak jauh oleh pasukan Ukraina yang didukung Barat.
Perubahan Stok Gasolin dan Cushing
Selain stok minyak mentah, data Administrasi Informasi Energi AS (EIA) juga mencatat:
- Stok Gasolin: Mengalami kenaikan sebesar 2,05 juta barel pekan lalu, menunjukkan berkurangnya konsumsi bahan bakar domestik.
- Stok di Hub Penyimpanan Cushing, Oklahoma: Menurun sebesar 140.000 barel, memberikan sinyal positif tentang permintaan di tingkat lokal.
Harga Terkini dan Prospek Pasar
Pada perdagangan terbaru di Singapura, WTI untuk pengiriman Januari naik 0,4% menjadi $69,03 per barel. Sementara itu, Brent untuk penyelesaian Januari tercatat turun 0,7% menjadi $72,81 per barel pada penutupan hari Rabu.
Pergerakan harga minyak ke depan akan sangat bergantung pada:
- Perkembangan Geopolitik: Perang di Ukraina terus menjadi faktor risiko utama.
- Kebijakan Moneter AS: Kekuatan dolar AS akan memengaruhi daya beli global terhadap minyak.
- Tren Permintaan Musiman: Akhir tahun sering kali membawa perubahan pola konsumsi bahan bakar.
Minyak tetap berada di zona kritis dengan fluktuasi yang dipengaruhi banyak faktor. Pelaku pasar diharapkan terus memantau perkembangan data ekonomi dan geopolitik untuk mengantisipasi perubahan harga mendatang.