Harga emas berjangka mengalami penurunan tajam karena permintaan aset safe haven mereda. Pada perdagangan terakhir, emas berjangka turun sebesar 1,3% menjadi $3.145,80 per ons troy, yang merupakan level terendah sejak 10 April. Sentimen risiko pasar meningkat setelah adanya kesepakatan antara Amerika Serikat dan Tiongkok pada hari Senin, di mana kedua negara sepakat untuk secara signifikan mengurangi tarif. Hal ini mengurangi daya tarik emas sebagai aset aman.
Selain itu, pernyataan Presiden Trump yang menyebutkan bahwa Iran semakin dekat untuk menyepakati perjanjian nuklir juga menekan permintaan emas. Pasar kini beralih fokus pada data Indeks Harga Produsen (PPI) Amerika Serikat, yang akan memberikan petunjuk lebih lanjut tentang prospek kebijakan moneter Federal Reserve.
Fokus Pasar pada Kebijakan Moneter AS
Pasar saat ini memperkirakan adanya pemotongan suku bunga sekitar 50 basis poin pada tahun 2025. Jika benar terjadi, pemotongan ini dapat mendukung harga emas, karena suku bunga yang lebih rendah cenderung melemahkan dolar AS dan meningkatkan daya tarik logam mulia. Namun, ketidakpastian seputar data inflasi dapat mempengaruhi pergerakan pasar dalam beberapa hari ke depan.
Prospek Harga Emas: Risiko dan Peluang
Meskipun harga emas mengalami tekanan saat ini, ada peluang bahwa perubahan dalam kebijakan moneter atau ketegangan geopolitik dapat kembali meningkatkan permintaan aset safe haven. Investor disarankan untuk tetap waspada dan memantau perkembangan data ekonomi penting yang akan datang.