Di dunia pasar global, sebuah cerita yang menggugah hati tengah terbentang—kisah tentang kenaikan harga minyak mentah yang membuat para analis dan pedagang sama-sama bertaruh apakah kita akan segera menyaksikan tonggak sejarah harga minyak mencapai $100 per barel. Meskipun saat ini harga minyak berada di kisaran $90-an, ada konsensus yang semakin kuat di antara para analis yang optimis bahwa potensi investasi yang belum dimanfaatkan dalam sektor minyak dapat mendorong harga mencapai level yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Perhatian: Rollercoaster Harga Minyak
Harga minyak mentah di pasar global telah mengalami lonjakan tak kenal lelah, memicu gelombang spekulasi dan antisipasi di antara para ahli industri dan pedagang. Lonjakan harga minyak telah terutama terasa di wilayah seperti Timur Tengah, Azerbaijan, dan Rusia, di mana perusahaan pengolahan minyak berjuang keras untuk memenuhi permintaan musiman yang meroket untuk produk-produk petrokimia, terutama bensin dan solar.
Menurut laporan dari Bloomberg, optimisme di kalangan para analis berasal dari kenyataan bahwa meskipun harga minyak mentah saat ini berada di kisaran pertengahan $90-an, masih ada sejumlah besar modal investasi yang belum dimanfaatkan di sektor minyak. Potensi yang belum terealisasi ini menciptakan peluang bagi kemungkinan kenaikan harga yang lebih tinggi dalam waktu dekat.
Minat: Prediksi yang Optimis
Mike Wirth, CEO Chevron Corporation, telah membuat prediksi berani, menyatakan bahwa harga minyak bisa melonjak hingga mencapai $100 per barel dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg Television. Harga minyak mentah acuan Brent sudah meningkat lebih dari 30% sejak mencapai titik terendahnya pada Maret 2023. Lonjakan ini didorong oleh pemotongan produksi yang terus dilakukan oleh negara-negara produsen minyak besar seperti Arab Saudi dan Rusia, yang sedang memperketat pasokan pada saat konsumsi mencapai rekor tertinggi. Ini menempatkan tekanan pada cadangan minyak dan memaksa kilang minyak untuk menghabiskan cadangan mereka untuk memenuhi permintaan yang melonjak untuk jenis bahan bakar tertentu.
Dr. Amrita Sen, Kepala Riset di Energy Aspects, mengatakan, “Fundamentalnya sangat, sangat kuat saat ini. Pada titik ini, ini adalah skenario jangka pendek. Saya tidak mengatakan rata-ratanya akan di atas $100, tapi bisakah sedikit naik ke $100? Tentu saja bisa.” Kekuatan lonjakan harga ini terutama didorong oleh pasar fisik, di mana pedagang membeli minyak dari produsen dan menjualnya ke kilang minyak untuk pengiriman segera.
Salah satu contoh yang jelas adalah minyak mentah Azeri Light, andalan Azerbaijan, yang diperdagangkan mendekati $100 per barel pada Jumat pekan lalu karena mendapatkan keuntungan besar dari mengubah minyak mentah menjadi diesel. Hal ini berarti biaya yang lebih tinggi bagi pengolah untuk mendapatkan kualitas yang menghasilkan banyak bahan bakar. Fenomena yang sama yang didorong oleh margin ini mendorong harga minyak Rusia kembali di atas harga acuannya di pasar Asia. Sebelumnya, harga minyak Rusia sering kali mendapatkan diskon akibat invasi negara tersebut ke Ukraina.
Keinginan: Faktor Geopolitik dan Pencapaian $100
Dalam konteks ini, bahkan beberapa analis pasar yang paling pesimis mulai mengakui bahwa mencapai level $100 tampaknya semakin mungkin terjadi, terutama ketika mempertimbangkan risiko politik yang sudah berlangsung lama di negara-negara produsen minyak seperti Libya dan Nigeria.
“Geopolitik, selain perdagangan teknis, bisa mendorong harga minyak melebihi $100 untuk sementara waktu. Namun, kami terus melihat pelonggaran progresif,” tulis analis Citigroup pada Senin (18/9/2023). Menurut Citi, sebagian dari penurunan ini akan didorong oleh pertumbuhan pasokan dari luar aliansi OPEC+. Laporan tersebut merujuk pada negara-negara termasuk Amerika Serikat, Guyana, dan Brasil, yang semuanya dapat menambah pasokan barel ke pasar dalam beberapa bulan mendatang, yang mungkin dapat mengurangi ketegangan pasokan saat ini.
Namun, saat ini, negara-negara produsen minyak tengah merayakan pendapatan yang melonjak. Pada Jumat pekan lalu, minyak Murban Abu Dhabi diperdagangkan pada level terkuat sejak Februari 2023, dan terus meningkat pada hari Senin. Harga per barel dari Qatar hingga Afrika Barat juga melonjak, dengan minyak premium Arab Saudi mendekati level $100.
Aksi: Dampak Global dan Lebih Jauh
Dampak gelombang kenaikan harga ini telah menggeser sorotan ke permintaan dan implikasinya terhadap negara-negara konsumen. Bank Sentral India memperingatkan pada hari Senin bahwa harga minyak mentah di atas $90 per barel menciptakan risiko baru bagi stabilitas keuangan global.
Meskipun Brent belum mencapai angka tiga digit pada tahun 2023, bahan bakar olahan seperti bensin dan diesel telah diperdagangkan di atas ambang angka tersebut selama beberapa bulan.
Sebagai kesimpulan, pasar minyak dunia saat ini berada pada titik balik, dengan capaian $100 per barel yang semakin dekat. Dengan faktor-faktor geopolitik, dinamika pasokan, dan fundamental pasar yang kuat bermain di sini, pertanyaannya bukan lagi “jika,” tetapi “kapan” kita akan menyaksikan melampaui ambang harga sejarah ini. Sementara para analis industri dan pedagang terus membuat prediksi dan melakukan taruhan mereka, satu hal yang pasti—dunia sedang memperhatikan dengan seksama saat perjalanan menuju $100 per barel terungkap.