Harga minyak menghadapi pergeseran yang mengancam karena Federal Reserve AS menandakan penundaan pemotongan suku bunga, memicu potensi pembalikan harga. Setelah dua minggu kenaikan, kedua kontrak berjangka minyak mentah Brent dan West Texas Intermediate (WTI) AS siap untuk mengakhiri minggu ini dengan tren menurun.
Kontrak berjangka minyak mentah Brent telah turun sebesar 0,5% menjadi $83,23 per barel, sementara kontrak berjangka minyak mentah WTI turun sebesar 0,6% menjadi $78,13 per barel pada pukul 0524 GMT pada hari Jumat. Penyesuaian ini mengikuti komentar Gubernur Fed Christopher Waller, yang menekankan perlunya memperpanjang jangka waktu untuk pemotongan suku bunga setidaknya beberapa bulan lagi. Rasio di balik keputusan ini adalah untuk mengevaluasi apakah lonjakan inflasi baru-baru ini mencerminkan penyimpangan yang berkelanjutan dari stabilitas harga atau sekadar fluktuasi sementara.
Pendekatan hati-hati Federal Reserve bertujuan untuk mengurangi risiko yang terkait dengan kemungkinan perlambatan ekonomi. Suku bunga yang tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama dapat menghambat ekspansi ekonomi, dengan demikian menahan permintaan minyak di pasar konsumen terbesar di dunia. Namun, para analis tetap optimis tentang ketahanan permintaan minyak, khususnya di AS, dengan menekankan aktivitas ekonomi yang berkelanjutan meskipun kebijakan moneter yang berkembang.
Para investor dan pemangku kepentingan dalam industri minyak diimbau untuk memantau dinamika pasar dengan cermat mengingat sikap Fed terhadap suku bunga. Sementara pandangan jangka pendek menunjukkan koreksi ke bawah dalam harga minyak, faktor seperti permintaan bahan bakar yang kuat dan ketidakpastian pasokan bisa memicu kebangkitan harga dalam jangka dekat. Saat lanskap kebijakan moneter berkembang, pengambilan keputusan yang bijaksana dan perencanaan strategis akan menjadi penting untuk menavigasi fluktuasi di pasar minyak secara efektif.
Sumber: Reuters