Perak mengalami penurunan pada Senin lalu, dengan harga berada di sekitar $33,7 per ons. Penguatan nilai dolar AS dan kenaikan imbal hasil Treasury memberikan tekanan pada logam mulia ini, didorong oleh sinyal kekuatan ekonomi AS dan spekulasi terkait hasil pemilu bulan depan di Amerika Serikat. Selain itu, ketegangan geopolitik di Timur Tengah yang mereda turut mempengaruhi tekanan pada harga perak.
Pengaruh Penguatan Ekonomi AS dan Pemilu AS Terhadap Harga Perak
Kenaikan harga dolar AS dan imbal hasil Treasury memberikan tekanan pada logam mulia, termasuk perak. Seiring dengan data ekonomi yang menunjukkan penguatan ekonomi AS, investor mulai melihat adanya potensi kenaikan suku bunga lebih lanjut oleh The Fed. Selain itu, spekulasi mengenai hasil pemilu AS turut menambah ketidakpastian di pasar, yang memicu permintaan pada aset berisiko seperti saham dan dolar AS, yang pada akhirnya menekan harga perak.
Penurunan Ketegangan di Timur Tengah
Harga logam mulia biasanya meningkat di tengah ketegangan geopolitik. Namun, serangan balasan Israel terhadap Iran pada akhir pekan lalu tidak menargetkan fasilitas minyak atau nuklir, dan Iran juga tidak segera berjanji untuk melakukan tindakan balasan. Situasi ini memunculkan harapan akan terjadinya deeskalasi konflik di wilayah tersebut, yang turut berkontribusi pada penurunan harga perak dan emas.
Prospek Ekonomi Cina dan Pengaruhnya Terhadap Logam Mulia
Investor saat ini menantikan pertemuan Kongres Rakyat Nasional di Cina yang dijadwalkan pada 4-8 November mendatang. Pertemuan ini diharapkan akan memberikan pengumuman terkait langkah-langkah fiskal dan kebijakan utang dari pemerintah Beijing. Data terbaru menunjukkan bahwa laba industri di Cina turun pada tingkat tercepat sejak pandemi, seiring dengan lemahnya permintaan yang terus berlanjut. Hal ini berdampak negatif pada prospek ekonomi negara yang menjadi konsumen terbesar logam di dunia, termasuk perak.